Satu Masalah Beda Pendapat

Satu masalah   Beda pendapat
Murid dan guru sama tersenyum
Lantas mengapa kita menyalahkan pada yg lain pendapat ?

Gambar terkait

Suatu ketika Imam Malik menyampaikan dalam majlis: “Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”

Terhadap hal yang demikian, Imam Syafi’i, sang murid punya pendapat lain. Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki.

Masing-masing bertahan pada pendapatnya. Hingga pada suatu hari saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafi’i melihat serombongan orang tengah memanen anggur, dan iapun lalu membantunya. Tatkala pekerjaan itu selesai, Imam Syafi’i mendapatkan imbalan beberapa ikat anggur sebagai balasan jasa kebaikannya.

Baca Juga : Puasa Syawal ustadz Adi Hidayat

Imam Syafi’i girang sekali. Bukan semata karena mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tak terbang sangkar, bagaimana ia akan mendapat rezeki. Jika seandainya ia tak membantu memanen, niscaya ia tak akan mendapatkan anggur.

Bergegas ia segera menjumpai gurunya. Lalu sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, ia pun menceritakan kisah yang terjadi. Imam Syafi’i sedikit mengeraskan pada bagian kalimat “seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”

Mendengar itu Imam Malik tersenyum seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Imam Malik berkata: “Sehari ini aku memang tidak keluar pondok. Hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Lalu tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku.

Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”

Kedua orang guru murid itu kemudian tertawa. Dua Imam madzab yang mengambil dua hukum yang berbeda dari hadits yang sama.

Berbeda bukan berarti berpisah jalan
Berbeda bisa berarti saling mendukung..

Diko - Mujib

Subscribe to receive free email updates: