MENJELANG KONTRA HONGKONG TIMNAS INDONESIA DALAM POSISI GAWAT.




Jakarta, beritatimur.id -- Timnas Indonesia U-23 kembali ke jalur kemenangan di Grup A Asian Games 2018. Setelah kalah 1-2 dari Palestina, skuat arahan Luis Milla mampu menang telak 3-0 atas Laos di Stadion Patriot Candrabhaga, Jumat (17/8) malam.

Kemenangan itu mampu melecutkan kembali rasa percaya diri Garuda Muda. Hasil itu setidaknya bisa menjadi modal penting mengangkat motivasi para pemain.

Target kemenangan Merah Putih memang tak bisa ditawar lagi kala menghadapi Hong Kong di Stadion Patriot, Senin (20/8). Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga dengan selisih satu poin dari Hong Kong di peringkat kedua sehingga harus menang di laga terakhir Grup A itu demi lolos ke babak 16 besar.

Secara mental, tiga poin yang dipersembahkan Hansamu Yama Pranata dan kawan-kawan saat melawan Laos memang bisa memberikan makna penting. Namun tidak dengan performa Merah Putih.

Penampilan Garuda Muda  belum cukup meyakinkan untuk menghadapi Hong Kong. Pasalnya, tim bekas jajahan Inggris itu bukan tim sembarangan di Grup A.



Hong Kong yang sudah melakoni tiga laga meraih dua kali kemenangan dan hanya sekali imbang. Mereka mampu membungkam Laos 3-1 dan menghajar Taiwan 4-0. Di laga ketiga, tim arahan Kar Lok Kenneth Kwok bermain imbang 1-1 dari Palestina.
Secara pertahanan, Hong Kong merupakan tim yang cukup solid. Mereka hanya kebobolan dua gol dari Laos dan Palestina.

Hong Kong yang cukup membutuhkan hasil imbang pada laga terakhir fase grup untuk lolos ke babak 16 besar Asian Games 2018, kemungkinan bakal fokus memperkuat pertahanan mereka.

Meski demikian, Hong Kong tak lantas bakal bermain benar-benar tertutup. Berbeda dengan Palestina yang banyak andalkan serangan balik, Hong Kong merupakan tim yang tetap menekankan penguasaan bola sembari memaksimalkan serangan di sisi sayap untuk melepas umpan-umpan silang.
Bermain bertahan dan berusaha memutus mata rantai serangan Garuda Muda dari lini tengah kemungkinan bakal dilakukan Hong Kong. Mereka juga akan berusaha bermain rapat mencegah penetrasi-penetrasi para pemain Merah Putih, terutama dari lini sayap.

Kuncinya ada pada efektivitas para pemain Garuda Muda untuk mengalahkan Hong Kong. Indonesia sendiri seharusnya bisa panen gol minimal hingga lima gol jika melihat statistik peluang yang mereka miliki saat melawan Laos.

Tengok saja pada data statistik tembakan ke gawang Laos. Timnas Indonesia U-23 mencatatkan 17 kali tembakan ke gawang dan hanya mendapatkan tiga gol.

Garuda Muda bermain kurang efektif lawan Laos karena beberapa faktor. Salah satunya penyelesaian akhir yang masih lemah.

Lini depan Timnas Indonesia U-23 tampak terlihat terburu-buru untuk segera mencetak gol pada awal-awal babak. Alhasil, peluang yang didapatkan tim asuhan Luis Milla banyak terbuang.

Menghadapi Hong Kong yang memiliki pertahanan solid dengan empat bek di belakang, Garuda Muda tentu harus bermain lebih efektif dalam menciptakan gol dari sejumlah peluang.

Secara penguasaan bola, Timnas Indonesia U-23 memang tampil begitu dominan kala menaklukkan Laos. Dalam statistik, Indonesia mencatatkan 63 persen penguasaan bola, sedangkan Laos hanya 37 persen.

Kerja duet gelandang, Evan Dimas dan Zulfiandi, juga cukup solid dalam menetralkan serangan-serangan lawan. Khusus untuk Evan Dimas, ia mampu mengalirkan suplai-suplai umpan ke lini depan dengan cukup baik.

Trio gelandang serang yakni Febri Hariyadi, Stefano Lilipaly, dan Saddil Ramdani bagus dalam menebar teror lini pertahanan Laos. Namun, Laos lagi-lagi bukan tolok ukur yang sangat tepat, terutama untuk melihat kemajuan Garuda Muda.

Salah satu yang disoroti dari Timnas Indonesia U-23 adalah kemampuan dalam menjaga transisi atau pergerakan secara tim dari menyerang ke bertahan. Beberapa kali Merah Putih melakukan kesalahan dalam merebut kembali bola setelah kehilangan penguasaan.

Para pemain Indonesia pun masih membiarkan Laos menekan hingga ke pertahanan mereka sehingga memberikan keleluasaan bagi lawan. Beruntung, tim yang dihadapi adalah lawan yang memiliki penyelesaian akhir tak istimewa. 

Tengok saja secara statistik, Laos hanya mampu melepaskan dua tembakan ke gawang Andritany Ardhiyasa. Kiper Persija Jakarta itu pun tak terlalu banyak 'berkeringat' untuk membendung serangan-serangan Laos.

Masalah transisi juga dialami saat Timnas Indonesia kalah 1-2 dari Palestina. Serangan balik mematikan Singa Kanaan itu tak mampu diantisipasi dengan baik oleh para pemain Garuda Muda mulai dari tengah hingga lini belakang.

Duet Zulfiandi dan Hargianto tak berjalan baik dalam menjaga lini tengah pada laga itu. Berbeda dengan duet Evan Dimas dan Zulfiandi yang lumayan berjalan bagus ketika mengalahkan Laos.

Menghadapi Hong Kong yang juga tak kalah mematikan dalam melancarkan serangan balik, gelandang Indonesia harus lebih maksimal lagi dalam melapisi lini bertahan tim mereka. Meski tak terlalu efektif, Hong Kong tetap mampu menciptakan gol dari situasi apapun.

Umpan silang yang kerap menjadi andalan Hong Kong juga dikenal cukup berbahaya. Pada laga lawan Palestina, satu-satunya gol Hong Kong yang dicetak Ka Wai Lam berawal dari skema umpan silang.

Hong Kong juga memiliki gelandang yang sangat kuat dalam menguasai dan merebut bola sekaligus punya umpan serta tembakan akurat yakni Tan Chun Lok. Ia bahkan sejauh ini memiliki torehan gol yang sama dengan Beto dan penyerang Malaysia, Rasid Safawi, yaitu tiga gol.

Luis Milla pun tampaknya kurang tepat sejak awal ketika mengistirahatkan Beto Goncalves lawan Palestina. Seharusnya ia tetap memainkan Beto usai melawan Taiwan, kemudian mengistirahatkannya ketika menghadapi Laos. Dengan demikian, pemain naturalisasi asal Brasil itu bisa disimpan tenaganya untuk lawan Hong Kong.

Bomber Sriwijaya FC ini kemungkinan bakal sangat fit jika pada laga lawan Laos diistirahatkan, atau minimal dimainkan dengan menit bermain minimal.

Indra Giri



Subscribe to receive free email updates: