Ali Mochtar Ngabalin, Duri dalam Daging Jokowi-Ma'ruf

Ali Mochtar Ngabalin, Duri dalam Daging Jokowi-Ma'ruf Ali Mochtar Ngabalin. (Detikcom/Grandyos Zafna)
Jakarta, Beritatimur.id -- Ali Mochtar Ngabalin bisa dianggap seperti 'duri dalam daging' di kubu bakal calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Di satu sisi, keberadaannya membantu Jokowi menangkis kritik tajam opisisi, di sisi lain pernyataannya itu justru dapat merugikan petahana dalam Pilpres 2019.

Ngabalin saat ini adalah Tenaga Ahli Deputi IV Kantor Staf Presiden. Pada Pilpres 2014, dia salah satu anggota tim pemenangan Prabowo Subianto yang kala itu berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Selama berada di kubu Jokowi Ngabalin kerap mengeluarkan pernyataan untuk menangkis isu yang menyudutkan pemerintah. Terbaru, Ngabalin menyamakan gerakan #2019GantiPresiden yang terus meluas dengan gerakan makar. 


"Ini [#2019GantiPresiden] makar ini. Ini adalah gerombolan pengacau keamanan. Saya yang bilang," kata Ngabalin dalam acara Layar Pemilu Tepercaya di CNNIndonesia TV, Senin (27/8).

Pernyataan Ngabalin itu dinilai berlebihan. Bahkan dosen Universitas Indonesia yang juga dikenal sebagai pendukung Jokowi, Ade Armando menyarankan agar keberadaan Ngabalin sebagai corong komunikasi presiden dievaluasi.

Ade melihat ada potensi pernyataan Ngabalin yang justru bisa membahayakan Jokowi di Pilpres 2019, utamanya terkait citra Jokowi sebagai pemimpin demokratis. Ade merujuk pada pernyataan Ngabalin yang menyamakan gerakan #2019GantiPresiden dengan gerakan makar.

Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam mengatakan posisi Ngabalin yang kerap mengeluarkan pernyataan keras dalam menjawab kritik opisisi harus dilihat dari beberapa hal.

Ahmad menyebut bila posisi Ngabalin sengaja dipasang oleh pihak Istana untuk menangkis kritik opisisi yang menyudutkan pemerintah, maka argumentasi yang dilontarkan tak kuat dan hanya sebatas debat kusir semata.

Namun, kata Ahmad jika pernyataan yang dikeluarkan Ngabalin selama ini merupakan sikap pribadi dan di luar kendali Istana maka hal tersebut bisa merugikan pasangan Jokowi-Ma'ruf yang ikut bertarung dalam Pilpres 2019.

"Artinya benar-benar sikap yang dilakukan oleh Ngabalin sendiri, saya kira itu sangat merugikan pihak Istana. Dalam konteks ini mesin politik Jokowi-Ma'ruf," kata Ahmad saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Senin (3/9).

Ali Mochtar Ngabalin, Duri dalam Daging Jokowi-Ma'rufAli Mochtar Ngabalin. (CNN Indonesia/Bintoro Agung Sugiharto)
Ngabalin baru berada di lingkaran Istana selama kurang lebih tiga bulan. Sebelumnya, Ngabalin yang juga politikus Partai Golkar itu kerap melontarkan kritik kepada Jokowi. Apalagi saat Pilpres 2014, ketika Ngabalin masuk dalam tim pemenangan Prabowo-Hatta.

Namun, kini Ngabalin direkrut Istana untuk menjadi salah satu juru bicara untuk melawan kritik pihak oposisi yang menyudutkan pemerintah. Selain memiliki posisi di Kantor Staf Presiden, Ngabalin juga menjabat sebagai Komisaris PT Angkasa Pura I.

Ahmad melanjutkan dirinya menilai apa yang dilakukan Ngabalin selama ini adalah bawaan sikap dirinya selama ini. Menurut Doktor Ilmu Politik dari School of Political Science & International Studies, University of Queensland, Australia itu, Ngabalin selalu konsisten dalam melontarkan ktitik.


Ahmad mengatakan dengan melihat sikap Ngabalin selama ini, tak mungkin pihak Istana memerintahkan Ngabalin untuk mengeluarkan pernyataan menyerang seperti yang dilakukan belakangan ini.

"Jadi selama dia di parlemen, selama dia kemudian jadi pengurus partai dan sebagainya, memang karakter dia begitu. Artinya itu tidak merepresentasikan satu perubahan signifikan," ujarnya.

Namun, Ahmad menyebut pernyataan Ngabalin yang selama ini dilontarkan itu dapat merugikan Jokowi yang kembali maju dalam pesta demokrasi lima tahunan kali ini. Apalagi, kata Ahmad orang-orang di lingkungan Istana tengah membangun sikap inklusif, terbuka, dan argumentasi yang berdasar.

"Bukan kemudian asal ngantem, tanpa argumentasi yang memadai," tuturnya.

Evaluasi Posisi Ngabalin

Ahmad menyarankan agar Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf mengevaluasi pihak-pihak, termasuk Ngabalin yang masuk dalam strategi komunikasi politik menjelang Pilpres 2019. Pasalnya, hal tersebut akan berpengaruh terhadap citra Jokowi maupun Ma'ruf.

Menurut Ahmad, Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf harus bisa menilai apakah yang dilakukan Ngabalin selama ini produktif atau justru kontra-produktif terhadap upaya membangun pemerintahan yang lebih terbuka dan demokratis.

"Kalau mereka menganggap ini sebagai suatu langkah yang kontra-produktif, saya kira mereka perlu mempertimbangkan kembali untuk mereposisi siapa yang berhak dan layak menjadi bagian dari strategi komunikasi politik," ujar Ahmad yang juga menjabat Direktur Eksekutif Center for Democracy & Governance Studies (CDGS) Universitas Paramadina.

Ahmad mengatakan masalah komunikasi politik menjadi sangat penting untuk diperhatikan menjelang Pilpres 2019. Menurutnya, semua pihak, termasuk pasangan petahana, ingin membangun citra positif selama proses kampanye yang berlangsung selama delapan bulan itu.

"Kalau itu ditempatkan kelompok atau pihak-pihak yang tidak bisa memberikan suatu judgmen yang rasional atau bahkan lebih emosional saya kira itu sangat kontra-produktif," kata Ahmad.

Rangkul Oposisi

Sementara itu, dosen ilmu politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, A Bakir Ihsan mengatakan Ngabalin seharusnya bisa merangkul kelompok opisisi yang berseberangan untuk masuk ke dalam barisan pemerintahan Jokowi.

Bakir menyebut Ngabalin yang sebelumnya berada di luar pemerintahan bisa melihat cara Jokowi yang bisa merangkul pihak-pihak dari kelompok opisisi. Menurut Bakir, Ngabalin adalah salah satu contoh pihak oposisi yang bisa dirangkul oleh Jokowi.

"Dia (Ngabalin) seharusnya sadar, dulu yang berada di posisi lawan ternyata bisa dirangkul. Rangkulan ini yang harus dia pahami, bagian sesuatu yang dia harus tampilkan. Orang-orang yang selama ini melontarkan kritik tajam bisa dirangkul," kata Bakir kepada CNNIndonesia.com.

Tak hanya itu, Bakir mengatakan Ngabalin juga harus sadar soal kemampuannya dan proporsional dalam merespons kritik yang dilontarkan opisisi. Menurut Bakir, jangan semua kritik yang dilontarkan oposisi selalu ditanggapi oleh Ngabalin tanpa melihat isi persoalan secara utuh.

"Tidak kemudian semua persoalan dia respons, karena juga kemampuannya pada bidang-bidang tertentu. Kalau misalnya dianggap dia representasi yang dengan simbol keagamaan yang sering ia pakai, ya dia respons itu," ujarnya.

Bakir mengakui keberadaan Ngabalin cukup membantu pemerintah Jokowi menangkis kritik tajam dari pihak opisisi. Namun, menurut Bakir, Ngabalin harus memikirkan strategi komunikasi dalam menjawab kritik dari lawan politik Jokowi. Dia pun mengibaratkan strategi komunikasi politik seperti berperang.

"Sama kayak orang berperang, tidak kemudian main asal tembak, yang bisa jadi kena teman sendiri, bisa mantul kepada dirinya sendiri, itu membahayakan. Ini kan perlu strategi," kata Bakir.



Subscribe to receive free email updates: