Presiden RI Joko Widodo (tengah) bersaing dalam Pilpres 2019 sebagai petahana. (CNN Indonesia/Christie Stefanie).
Jakarta, Beritatimur -- Penyebaran isu soal Presiden Joko Widodo(Jokowi) bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI), beragama kristen hingga keturunan China masih masif bergulir di tengah kontestasi Pilpres 2019. Isu-isu tersebut muncul ketika Jokowi pertama kali maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2014.
Isu yang telah dibantah langsung oleh Jokowi maupun tim pemenangannya itu tetap subur selama empat tahun belakangan. Pendistribusiannya dilakukan lewat sejumlah media sosial, seperti Facebook, Twitter, YouTube, hingga aplikasi pesan singkat WhatsApp Group.
Masyarakat kadung percaya dengan isu Jokowi PKI, Kristen, hingga China, meskipun mantan Wali Kota Solo itu telah berulangkali membantah. Terbaru, Jokowi membantah isu-isu tersebut saat menghadiri Rakernas Relawan Bravo-5 di Ancol, Jakarta Utara, Senin (10/12).
Jokowi menyatakan isu-isu tersebut mainan lama, namun terus digoreng oleh pihak-pihak yang ingin menjelekkannya.
"Isu saya PKI sudah masuk di Jateng, Jabar, Depok, Bogor, Sukabumi, sudah mulai lagi, isunya ya itu-itu aja, isu PKI," kata Jokowi.
Bantahan Jokowi itu kemudian diperkuat pengakuan La Nyalla Mahmud Mattalitti. Ketua MPW Pemuda Pancasila (PP) Jawa Timur itu bahkan mengaku dirinya menjadi bagian dari pihak-pihak yang menyebarkan isu Jokowi PKI, kristen, dan keturunan China pada Pilpres 2014 lalu. La Nyalla mengaku telah meminta maaf pada Jokowi atas perbuatannya yang ikut menyebarkan berita bohong tersebut empat tahun lalu.
"Saya datang ke beliau, saya minta maaf, bahwa saya yang isukan Pak Jokowi PKI. Saya yang fitnah Pak Jokowi Kristen, China," kata La Nyalla kemarin.
Pernyataan La Nyalla itu dinilai sebagai upaya Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf melawan balik isu Jokowi PKI, kristen, serta keturunan China. La Nyalla yang mengaku menjadi penyebarnya pada Pilpres 2014 dipakai untuk mempertegas bahwa isu-isu tersebut tidak benar alias bohong.
"Itu bagian dari upaya TKN untuk membantah bahwa Jokowi PKI, bahwa Jokowi itu kristen, bahwa Jokowi dan seterusnya, itu saya kira dari segi politik begitu," kata Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research Center (SMRC) Djayadi Hanan kepada CNNIndonesia.com, Rabu (12/12).
Djayadi mengatakan Jokowi maupun timnya sebenarnya telah membantah isu tersebut dengan fakta-fakta. Salah satunya dilakukan Jokowi dengan menyatakan bahwa saat PKI mulai membesar hingga 1965, dirinya masih berusia 4 tahun. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lahir pada Juni 1961.
Jokowi, kata Djayadi, juga sudah menjelaskan mengenai garis keturunan keluarganya untuk membuktikan dirinya bukan PKI, kristen ataupun China.
Menurut Djayadi, bantahan menggunakan fakta yang dilakukan Jokowi itu ternyata tak cukup mampu melawan balik isu yang dimulai sejak Pilpres 2014. Atas dasar itu, kata dia, La Nyalla dimunculkan untuk memperkuat bantahan yang sudah dilakukan sebelumnya.
"Nah, La Nyalla kemudian juga memberikan pengakuan yang sama. Ini kan untuk memperkuat upaya membantah itu. Minimal tidak menambah orang percaya bahwa Jokowi PKI, Jokowi antek China, Jokowi kristen dan sebagainya," ujarnya. Djayadi menambahkan dari data survei sekitar 11 persen masyarakat Indonesia percaya bila Jokowi adalah PKI. Dia mengatakan dengan fakta banyak masyarakat yang percaya, Jokowi yang kembali maju sebagai calon presiden menginginkan isu tersebut hilang.
Menurut Djayadi, isu-isu yang masuk kampanye hitam itu sampai sekarang masih bergulir di media sosial hingga WhatsApp Group. Bahkan, kata Djayadi, dirinya menerima pesan berantai yang berisi isu-isu tentang Jokowi PKI, Kristen, dan China.
"Jadi terlepas dari siapa yang memainkan, isu itu ada. Nah karena itu, isu itu kan dianggap merugikan Jokowi, karena itu kubu Jokowi perlu membantahnya," kata dia.
Eks Ketum PSSI La Nyalla Mahmud Mataliti. (CNN Indonesia/Ramadhan Rizki Saputra).
Gembosi Prabowo
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai La Nyalla tengah pasang badang untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf pada pesta demokrasi lima tahunan kali ini. La Nyalla, kata Ujang, ingin menegaskan bahwa Jokowi tidak terkait dengan PKI, beragama Kristen, maupun keturunan China.
"La Nyalla pasang badan untuk Jokowi terkait isu PKI tersebut. La Nyalla seolah ingin membuktikan bahwa Jokowi tidak terlibat PKI. Hanya lawan Jokowi yang menghembuskan isu tersebut," kata Ujang.
La Nyalla pernah menjadi kader Partai Gerindra. Dalam dunia politik, karier La Nyalla bersama Gerindra pisah jalan setelah ia mundur pascagagal mencalonkan diri dalam Pilgub Jatim 2018. Kala itu, La Nyalla pun ikut meributkan soal mahar untuk diusung Gerindra di Jawa Timur. La Nyalla kini menjadi politikus Partai Bulan Bintang (PBB). Mantan Ketua PSSI itu telah menegaskan mendukung Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. La Nyalla pun telah bertemu langsung dengan Jokowi maupun Ma'ruf pada kesempatan yang berbeda.
Ujang melanjutkan pengakuan La Nyalla itu juga bisa dinilai sebagai pernyataan tidak langsung bahwa penyebar Jokowi PKI, kristen, dan keturunan China adalah lawan politiknya pada Pilpres 2014. Pada kontestasi empat tahun lalu itu, La Nyalla diketahui mendukung Prabowo-Hatta.
"Karena kita tahu, La Nyalla pernah jadi orang dalamnya Prabowo yang sekarang menyeberang ke Jokowi," ujarnya.
Menurut Ujang, salah satu tujuan La Nyalla itu adalah untuk melakukan serangan balik kepada lawan-lawan politik Jokowi yang kerap mengembuskan isu-isu tersebut. Ujang menyatakan bahwa La Nyalla ingin agar Prabowo kalah dalam pertarungan keduanya dengan Jokowi.
"Isu PKI memang merugikan Jokowi. (Tapi) tujuan (La Nyalla terkait Jokowi PKI ini) tentu untuk men-down grade Prabowo. Ingin agar Prabowo kalah," kata Ujang menanggapi pernyataan yang diungkap La Nyalla kala berkunjung ke kediaman Ma'ruf Amin kemarin. (fra/osc) Sumber ; cnnindonesia